Sabtu, 27 Desember 2008

Siswa enggan baca buku

Berdasarkan ha sil angket yang disebarkan di kalangan siswa SMP Negeri 3 Abiansemal Badung dari 1094 orang siswa desember 2007, memperlihatkan kecendrungan siswa untuk tidak memilih membaca komik ataupun buku pelajaran sebanyak 26%, yang memilih membaca komik ataupun cerpen dan buku fiksi lainnya sebanyak 65% dan sisanya 9% jumlah siswa yang memilih untuk membaca buku pelajaran hampir mirip dengan hasil yang diperoleh Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan FIBUI.

Dikatakan Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan FIB UI, Fuad Gani, komik bisa dijadikan pintu masuk bagi peningkatan minat baca anak. Dalam penelitiannya terhadap 500 siswa di 50 sekolah di Jakarta, pada akhir tahun 2003, memperlihatkan kecenderungan bahwa 86 persen dari mereka senang membaca komik. Cerita rakyat dan cerita terjemahan lebih diminati dari pada buku pelajaran paket, kata Fuad.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan minat baca dikalangan siswa SMP N 3 Abiansemal, mulai dari sumbangan buku setiap tahun oleh siswa yang akan menamatkan diri, baik buku fiksi maupun non fiksi, perbaikan tempat baca, penambahan karpet untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan, pentilasi yang cukup sehingga terjadi pertukaran udara secara maksimal hanya untuk merangsang siswa mengunjungi perpustakaan.

Beberapa orang siswa mengatakan bahwa meraka enggan pergi ke perpustakaan karena tidak tersedianya buku komik alasannya mereka ingin melihat gambar sehingga meraka bias mengingatnya lebih lama dari pada membaca buku matematika , fisika atau buku lainnya yang ada kaitannya dengan buku pelajaran. Sedangkan sekelompok yang lainnya mengatakan lebih baik bermain daripada membaca karena akan membuat kepala pusing tujuh keliling. Akan tetapi hanya bebrapa orang siswa mengatakan bahwa buku di perpustakaan tidak ada yang berkualitas karena buku yang dicari siswa sulit ditemukan alias buku yang ada di perpustakaan sangatlah minim.

Kalau kita perhatikan seberapa banyak siswa yang yang mengikuti ekstrakurikuler mading itu adalah hanya sejumlah 2% dan yang terlibat dalam karya ilmiah remaja sebanyak 2% jadi dari 9% siswa yang suka membaca hanya 4% yang dapat menyalurkan bakat dan minat mereka

Pendapat yang berbeda disampaikan Kasubdin Dikmen Dinas Dikbud Kota Denpasar Drs. Gusti Lanang Jelantik, M.Si. menilai minat baca di kalangan siswa dirasakan tidak sepenuhnya rendah. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan lomba yang diselenggarakan Dinas Dikbud Kota Denpasar dalam rangka gerakan gemar membaca. Mengenai kondisi perpustakaan, memang diakui Lanang Jelantik untuk sekarang masih kurang dari persyaratan. Namun, upaya untuk perbaikan mutu sudah dilakukan

Dari berbagai penelitian disebutkan rendahnya kualitas generasi muda Indonesia dikarenakan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia mulai dari usia dini sampai usia dewasa, sehingga wawasan mereka menjadi kurang berkembang. Tahun 2005 ini diharapkan kemiskinan dapat diturunkan separohnya, kesehatan juga akan lebih baik, dan masyarakat yang buta aksara juga akan menurun, terlebih dengan generasi muda yang gemar membaca mereka akan menjadi aset yang berharga bagi keluarganya, dan masyarakat disekitarnya.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
yang ingin mencurahkan ilmunya di dunia pendidikan